microsoft office 2021 full version free download
Oktober 18, 2021
Jakarta - Detasemen Jala Mangkara atau lebih
dikenal dengan sebutan Denjaka merupakan salah satu pasukan elite TNI.
Detasemen ini awalnya dibentuk untuk penanggulangan teror aspek laut TNI
Angkatan Laut (AL).
Kendati tugas pokok Denjaka
menjaga keamanan di laut, unit militer ini bisa ditugaskan di segala medan,
seperti darat maupun udara. Para anggotanya merupakan satuan gabungan antara
personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI AL.
Denjaka saat ini dipimpin
Kolonel (Mar) Kresno Pratowo, perwira menengah TNI AL dengan jabatan Komandan
Detasemen Jala Mangkara (Dandenjaka).
Tugas pokok pasukan gabungan
Kopaska dan Yontaifib ini untuk melakukan operasi antiteror, antisabotase dan
operasi rahasia di laut yang tidak terdeteksi musuh.
Mereka yang menjadi bagian
dari pasukan khusus ini telah menjalani pelatihan sangat berat. Setiap tahun
hanya 50 orang yang lulus dari berbagai jenis ujian.
Lantas seperti bentuk latihan
prajurit Denjaka? Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ
tinggi. Selama menjalani pendidikan, teori di kelas hanya 20 persen.
Anggota Denjaka dididik di
Bumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan dan harus menyelesaikan suatu pendidikan
yang disebut PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut). Lama pendidikan sekitar 9
bulan. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus
mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut dan udara.
Anggota Denjaka dituntut mampu
melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua itu,
diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup
dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi serta
survive di darat.
Calon Denjaka ditempa di
tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi yang kerap menghanyutkan perahu nelayan.
Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas.
Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.
Kenapa ditempa dengan latihan
yang keras? Jika sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut,
dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh
musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri.
Setelah melawan ombak besar di
laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan. Bayangkan
mereka hanya dibekali garam saja. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa.
Mereka dituntut memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di hutan.
Di dalam hutan, mereka dilepas
untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan perorangan dalam waktu
berhari-hari. Tak jarang mereka harus memakan binatang liar untuk bertahan
hidup seperti ular, monyet dan lain sebagainya.
Untuk latihan udara, mereka
bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Jika dalam terjun
tempur, payung sudah terbuka ketika keluar dari pintu pesawat, prajurut Denjaka
dilatih terjun bebas.
Latihan terjun bebas itu tidak
hanya dilakukan siang hari tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu
masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah
dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan
ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Pola rekrutmen Denjaka dimulai
sejak pendidikan para dan komando. Selangkah sebelum masuk ke Denjaka, prajurit
terpilih mesti sudah berkualifikasi Intai Amfibi.
Denjaka terdiri atas satu
markas zedenk detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur.
Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan
operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi
serta medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah
pantai. Di samping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui
laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Setiap prajurit Denjaka
dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan
intelijen, taktik dan teknik antiteror, dan antisabotase, dasar-dasar
spesialisasi, dan komando kelautan dan keparaan lanjutan.
Tak berhenti di situ, prajurit
Denjaka juga dibekali dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan
kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska, pemeliharaan dan peningkatan
kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri,
penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara.
Selanjutnya penguasaan taktik
dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan/pangkalan
dan personel yang disandera di objek vital di laut, penguasaan taktik dan
teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan
sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival,
pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Untuk mendukung operasi
personel Denjaka dibekali antara lain submachine gun MP5, HK PSG1, Daewoo K7,
senapan serbu G36, HK416, M4, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi
M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta, dan HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.
Perlu dicatat, segala aktivitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi.
Sumber:https://www.inews.id/